BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH

Jl.M. Said RT.12 Kel. Loa Bahu Kec. Sungai Kunjang Samarinda Telp S.T.I.S . 0541 7074904 Telp BEM:05417952147E-Mail BEM:bem_stis@yahoo.com

Ucapan 1

Sabtu, 27 Februari 2010

Tiga utusan DELEGASI BEM S.T.I.S untuk menghadiri SEMINAR NASIONAL dan PELATIHAN JURNALISTIK di Palu


Makalah dan Foto

MAKALAH yang dI buat untuk prasyarat menghadiri

SEMINAR NASIONAL dan Pelatihan JURNALISTIK di Palu

oleh

M.Lukman
M.Husaini
Zuraida



Judul: Peran LPM Menyikapi issue-issue Jurnalis Daerah


Daftar Isi
• pendahuluan………………………………………. I
• Sekelumit Cerita Tentang Lembaga Pers Mahasiswa II
• Kebangkitan Pers Mahasiswa
• Kemanakah Harus melangkah ?
• Penutup





Pendahuluan

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Taufiq dan Hidayah-NYA kepada kita sebagai hamba yang Dho’if, selalu berbuat dosa dan terkadang melalaikan perintah-NYA. Solawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, tabi’in tabi’aat dan ummat beliau hingga akhir zaman.

Makalah sederhana ini bertemakan ” Peran LPM dalam menyikapi issue-issue jurnalis daerah”. Yang mana disini akan dibahas tentang Lembaga Pers Mahasiswa yang ikut andil dalam kemajuan informasi dan teknologi.

Besar harapan kami makalah ini bisa bermanfaat bagi semua. Segala kritik dan saran demi kemajuannya kami nantikan. Semoga Allah memberikan Rahman RahimNYA kepada kita semua.


Samarinda, 11 Februari 2010

Penulis



PERAN LPM DALAM MENYIKAPI ISSUE-ISSUE JURNALIS DAERAH

A. Sekelumit Cerita Lembaga Pers Mahasiswa Indonesia

Pers Mahasiswa (PM) adalah organisasi media yang dikelola oleh mahasiswa secara independen. Eksistensi pers mahasiswa di Indonesia telah banyak memberikan kontribusi positif. Dalam setiap peralihan rezim, pers selalu menjadi pioner perubahan bersama-sama dengan gerakan mahasiswa. Pertunangan antara pers mahasiswa dengan gerakan mahasiswa adalah kekuatan massa yang bisa menumbangkan kekuatan rezim.Mulai dari masa Orde Lama Soekarno dengan gerakan 66’. Penumbangan rezim otoritarianisme Orde Baru dan turunnya Soeharto seolah menjadi ’kemenangan abadi’ aktivis mahasiswa yang dimitoskan hingga saat ini. Saat itu, PM berperan besar dalam menyampaikan informasi yang mengakomodasi kepentingan rakyat yang terkungkung akibat Orde Baru.

Kini, setelah selang beberapa kurun waktu berjalan, cita-cita perubahan yang didambakan tak kunjung bisa dinikmati. Kebebasan pers yang diberikan tidak cukup akomodatif untuk mengkaver masalah kerakyatan. Kebebasan yang dimiliki oleh berbagai media mainstream membuat PM kebingungan menentukan langkah. Pers umum jauh lebih berani dan vulgar dalam menyampaikan pemberitaan. UU Pokok Pers memang sudah mampu memberikan perlindungan hukum terhadap pelaku media.

Sayangnya, tidak sedikit media atau pelaku media yang bersembunyi di balik undang-undang ini. Tentunya ini tantangan besar bagi PM untuk tidak melakukan hal yang sama dan terus berjuang demi kepentingan bersama bukan golongan.

Secara general, permasalahan yang dihadapi PM adalah kebingungan dalam penentuan ideologi dan cita-cita. Sebab, fungsi yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun diambil olih secara frontal oleh media umum. Dengan pemaparan sejarah PM dan permasalahan yang dihadapi setiap zamannya, meskipun tidak lengkap dan runtut dijelaskan, setidaknya kawan-kawan aktivis PM bisa menunjukkan kesadaran diri serta menentukan posisi yang akan datang dan bisa merumuskan strategi gerakan yang prospektif dan proyeksional. Agar mampu bersaing dengan media lain serta selalu sigap dalam menghadapi berbagai issue-issue yang muncul.

B. Kebangkitan Pers Mahasiswa

Kebangkitan kembali PM sejatinya sudah dilakuakan sejak lama oleh mahasiswa terutama untuk menghidupkan kembali Salemba dan Gelora Mahasiswa. Namun usaha ini selalu gagal akibat efek traumatis yang menganggap PM hanya mengganggu ketenangan kampus. Pihak rektorat bersedia menerbitkan PM dengan syarat pejabat kampus akan mengontrol isi pemberitaannya. Efek ini membawa penerbitan kampus yang dikelola bersama antara mahasiswa dengan dosen. Penerbitan ini tidak ubahnya hanya sebagai Biro Hubungan Masyarakat. Sehingga peran PM yang sesungguhnya tidak terlaksana dengan efisien, dikarenakan tidak adanya kebebasan dalam mengambil tindakan.

Kebangkitan kembali PM ditandai dengan lahirnya Majalah Balairung pada 8 Januari 1986. majalah ini berembrio dari penerbitan tingkat fakultas dan jurusan. Berdasarkan hasil Seminar Pers Mahasiswa se-UGM pada 29 Oktober 1985 yang diselenggarakan majalah Teknik Sipil Fakultas Teknik Clapeyron. Balairung lahir dengan motto Nafas intelektualitas Mahasiswa dan memiliki orientasi yang kuat. Hal ini diyakini menjadikan eksistensi Balairung dalam dunia PM Indonesia tidak diragukan lagi.


C. Kemanakah Harus Melangkah ?

Aktivis PM meyakini bahwa PM adalah Pers yang bersandar pada idealisme, pers yang kritis, sehingga punya potensi besar untuk melakukan perubahan. Di samping itu pula tentunya bisa bersaing ketat dengan media yang ada. Setiap generasi dalam setiap era, aktivis PM selalu mencatat keberhasilan seniornya yang dikristalkan menjadi sebuah mitos. Mitos yang punya kesamaan karakter dengan gerakan mahasiswa ini kemudian diwariskan kepada juniornya. Sehingga tidak jarang perjalanan PM di satu masa masih terhegemoni oleh keberhasilan generasi sebelumnya.

Karakter khas mahasiswa adalah kaya dengan gagasan fundamental. Sayang, hanya sedikit dari mereka yang memberikan gagasan bagaimana mewujudkan ide fundamentalis. Tidak hanya teoritis tapi juga praktek. Gagasan dari gerakan mahasiswa, termasuk pers mahasiswa di dalamnya, seringkali terhenti pada tataran wacana. Tanpa ada penyikapan bagaimana wacana itu direalisasikan menjadi aksi konkret.

Hal ini diyakini juga menjadi salah satu penyebab gagalnya reformasi yang dicita-citakan mahasiswa. Grand Design mahasiswa kala itu : Turunkan Soeharto dan Antek-anteknya. Tapi jarang ada yang berpikir, apa yang harus dilakukan setelah Soeharto jatuh. Mahasiswa tidak menyiapkan sebuah sistem baru untuk menggantikan kemapanan sistem mileteristik ala Orde Baru. Bagaimana cara menghapus supremasi militer atas sipil sama sekali tidak terpikirkan.

Bisa ditebak, hampir satu dekade reformasi bergulir supremasi sipil atas militer sebagaimana kondisi ideal yang diinginkan mahasiswa belum menjadi kenyataan.

Dalam era keterbukaan ini, PM mesti mengawal kebebasan dalam praktek kebertanggungjawaban. PM dilatih untuk memposisikan diri secara obyektif, menegakkan akurasi, menerapkan prinsip balance dalam pemberitaan dan tulisan serta menjauhi kabar bohong atau fitnah. Artinya, PM bisa menjadi lahan kondusif untuk menjiwai spirit pers sesungguhnya.

Untuk bisa menjadi saluran kritis dalam menghadapi jurnalis yang ada yaitu: pertama, PM harus back to campus dan menegaskan posisinya di lingkungan kampus. Dia tidak lagi menjaga jarak dengan mahasiswa sebagai basis. PM bisa mengakomodasi kepentingan mahasiswa dengan menjadi oposisiterhadap kebijakan kaum elit kampus. Sebagai resistensi terhadap kebijakan kampus yang merugikan kepentingan mahasiswa, PM bisa membangun posisi tawar baikdi kalangan mahasiswa maupun elit kampus itu sendiri. Kenaikan SPP, komersialisasi pendidikan, pemilihan rektor dan sistem pendidikan yang makin kapitalistik adalah isu strategis yang bisa diangkat. Dalam penyampaian pemberitaan PM mesti menyelipkan ideologi mahasiswa. Mahasiswa harus diprovokasi agar tidak menjadi robot atau budak dan perguruan tinggi tidak menjadi pabrik yang hanya menghasilkan manusia-manusia mekanik atau pekerja.

Kedua, setelah fungsi kontrol terhadap pemerintah diambil alih oleh pers mainstream, gaya pemberitaan PM bisa lebih bernuansa akademik. PM harus lebih idealis. Nilai-nilai inilah yang harus senantiasa dijaga oleh aktivis PM.

Bagaimana menghadirkan pemberitaan dengan gaya akademis idealis adalah satu pertanyaan yang harus dijawab PM. Namun, mesti diingat, meskipun datang dengan kemasan akademik, PM agar tidak melupakan semangat yang dibawanya yaitu spirit perlawanan. Membuktikan aksinya di rancah persaingan jurnalis. PM bisa menjadi semacam pendidikan ideologis dengan analisis kritis yang sistematis. Keakuratan dalam pemberitaan menjadi syarat mutlak untuk bisa mengembalikan posisi PM yang sesungguhnya. PM bisa menjadi semacam lembaga investigatif untuk mengumpulkan segala informasi yang ada hubungannya dengan mahasiswa. Namun, PM harus berjalan di koridor independensinya sehingga tidak terpengaruh nilai-nilai di luar idealisme jurnalistik.

Ketiga, tantangan terbesarPM sekarang adalah susahnya mencari kader yang militan dan loyalitas. Pada awal perekrutan biasanya mahasiswa yang mendaftar kuantitasnya sangat banyak, terlalu banyak malah. Tapi, seiring berjalannya waktu, satu persatu kader ini menghilang ditelan hingar bingar kehidupan kampus dan kewajiban akademik. Menjadi kewajiban aktivis PM untuk menanamkan ideologi PM. Pelatihan jurnalistik yang dilakukan tidak hanya bersifat pengenalan teknik jurnalisti. Tapi lebih penting mengajarkan esensi peran dan fungsinya, agar bisa tetap bisa menjadi salah satu referensi media yang menghadirkan informasi yang berbeda dan akurat.

Keempat, untuk melepaskan diri dari jeratan rektorat sebagai penyuplai dana, PM bisa memaksimalkan tim marketing yang dimiliki dan kerjasama dengan jajaran BEM.

Tentunya, kepercayaan pihak pengiklan harus dibayar dengan rutinitas dan kontinuitas terbit. Paling tidak hal ini akan meminimalisir ketergantungan PM terhadap rektorat. Apapun yang terjadi ” Show must go on” . Dengan perbekalan yang ada kita harus tetap berusaha memberikan yang terbaik, walaupun penuh dengan kekurangan, karena ” Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan”.

Terakhir, tidak ada alasannya PM mati. Ada beragam isu yang bisa dikelola oleh PM. Pengelola PM untuk bisa melihat persoalan dari beragam perspektif. Pm harus berani memainkan isu kampus maupun lokal. Jika isu-isu strategis dimanajemen dengan baik, niscaya posisi PM akan tetap diperhitungkan dan tidak dianggap remeh oleh siapapun. Di samping mencari bentuk ideal, tugas PM adalah berjalan mengikuti keinginan mahasiswa itu sendiri. Profesionalisme akan hadir seiring manajemen redaksi yang baik atau politi redaksi yang tegas, lugas dan pantas.


Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rab Semesta Alam. Selesailah tugas kami dalam menyusun makalah sederhana ini. Semoga bisa dijadikan sebagai wacana mengenai pengetahuan langkah-langkah dalan menyikapi isu jurnalis daerah.

Semoga Lembaga Pers Mahasiswa dimanapun yang berada di negeri tercinta ini bisa menunjukkan eksistensinya masing-masing dan dapat mengaplikasikan visi,misi yang telah diputuskan bersama. Kebersamaan dan kemufakatan selalu menjadi acuan dalam berorganisasi dan berkarya. Selalu menunjukkan dedikasi tinggi demi tercapainya tujuan hakiki.

Hanya dengan kebersamaan segala sesuatu akan jadi mudah dihadapi dan dipecahkan. Selalu berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah tertera dan menjalankan segala dengan ikhlas dan tanpa pamrih, Insyaallah...

Wallahu ”Alam...




[1] Diselesaikan ahad malam, 23 Shofar di PON-PES Sabilarrasyad Loa Bahu, SMD. Al-Faqiiirah...



Dokumentasi Foto Tiga Delegasi BEM S.T.I.S
Ketika menghadiri
SEMINAR NASIONAL dan Pelatihan JURNALISTIK di Palu